• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Bank Indonesia Menggenggam 28% Surat Berharga Negara: Bom Waktu atau Investasi Cerdas?

img

1pn0e5cvchj9ioeoyojmoy-arfo1ccieatcidqgu18q.workers.dev Dengan nama Allah semoga semua berjalan lancar. Pada Waktu Ini saya ingin membedah News yang banyak dicari publik. Pembahasan Mengenai News Bank Indonesia Menggenggam 28 Surat Berharga Negara Bom Waktu atau Investasi Cerdas lanjutkan membaca untuk wawasan menyeluruh.

Dominasi BI dalam Kepemilikan SBN: Risiko dan Upaya Mitigasi

Bank Indonesia (BI) memegang porsi kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) yang signifikan, mencapai 28%. Dominasi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi risiko inflasi dan bubble di pasar keuangan jika likuiditas yang disuntikan BI berlebihan.

Ekonom Bank CIMB Niaga, Mika Martumpal, menjelaskan bahwa kepemilikan SBN yang besar oleh BI merupakan upaya untuk menekan tiga risiko utama: risiko kredit, risiko kurs, dan risiko tingkat bunga.

Risiko dan Upaya Mitigasi

Risiko Upaya Mitigasi
Risiko Kredit BI melakukan penilaian kredit yang ketat terhadap penerbit SBN.
Risiko Kurs BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan intervensi pasar.
Risiko Tingkat Bunga BI mengelola suku bunga untuk menjaga stabilitas inflasi.

Kebijakan Moneter BI

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyoroti kredibilitas kebijakan moneter BI terkait dominasinya sebagai pemegang SBN. OECD mencatat bahwa kepemilikan SBN oleh BI dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter.

Sebelumnya, BI membeli SBN dalam jumlah besar pada 2020-2022 sebagai bagian dari kebijakan berbagi beban dengan Kementerian Keuangan. Namun, kebijakan ini perlu diimbangi dengan upaya mitigasi risiko untuk menjaga stabilitas ekonomi.

© Copyright 2024 - Bilik Suara
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Tutup Ads