• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

SBN di Tangan BI: Bom Waktu yang Mengancam Stabilitas Ekonomi Indonesia

img

1pn0e5cvchj9ioeoyojmoy-arfo1ccieatcidqgu18q.workers.dev Selamat beraktivitas semoga hasilnya memuaskan. Detik Ini mari kita eksplorasi potensi News yang menarik. Penjelasan Mendalam Tentang News SBN di Tangan BI Bom Waktu yang Mengancam Stabilitas Ekonomi Indonesia Segera telusuri informasinya sampai titik terakhir.

Dominasi BI dalam Kepemilikan Utang Pemerintah

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengungkapkan bahwa Bank Indonesia (BI) masih menjadi pemegang utama surat berharga negara (SBN) di Indonesia. Pada November 2024, kepemilikan BI mencapai 28%, jauh di atas perbankan (17,9%) dan investor asing (17,9%).

Dominasi BI ini berawal dari kebijakan berbagi beban dengan Kementerian Keuangan pada 2020-2022. BI membeli SBN di pasar primer untuk membantu pemerintah mengatasi defisit anggaran. Meskipun BI telah mengakhiri pembelian tersebut, kepemilikannya tetap signifikan.

OECD mencatat bahwa berkurangnya kepemilikan asing menurunkan risiko rollover bagi Indonesia. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa jika investor asing tidak kembali menjadi pembeli utama di pasar primer, kapasitas pasar untuk menyerap utang tambahan dapat terganggu.

Instrumen SRBI

Untuk mendukung neraca keuangan dan cadangan devisa, BI meluncurkan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada September 2023. Instrumen ini menarik bagi investor asing, dengan kepemilikan mencapai 26% pada Juni 2024.

SRBI telah membantu meningkatkan kepemilikan neto BI atas SBN dari 16,1% pada September 2023 menjadi 21,4% pada Juni 2024. Namun, kepemilikan bruto tetap stabil di sekitar 24,5%.

Dampak Pengurangan Kepemilikan BI

OECD memprediksi bahwa ketika BI mengurangi kepemilikannya dan menarik likuiditas, kapasitas pasar untuk menyerap utang tambahan dapat diuji. Jika investor asing tidak kembali menjadi pembeli utama, hal ini dapat menimbulkan masalah bagi pemerintah dalam membiayai utangnya.

Oleh karena itu, OECD merekomendasikan agar pemerintah terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas pasar keuangan.

© Copyright 2024 - Bilik Suara
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Tutup Ads