Tupperware Bangkit dari Ambang Kebangkrutan, Ibu-ibu Bersorak Gembira!
1pn0e5cvchj9ioeoyojmoy-arfo1ccieatcidqgu18q.workers.dev Selamat datang di blog saya yang penuh informasi terkini. Pada Edisi Ini mari kita eksplorasi potensi Informasi yang menarik. Informasi Terbaru Tentang Informasi Tupperware Bangkit dari Ambang Kebangkrutan Ibuibu Bersorak Gembira Tetap ikuti artikel ini sampai bagian terakhir.
Tupperware, produsen wadah penyimpanan makanan ternama, telah memutuskan untuk menghentikan operasinya di pasar tertentu dan beralih ke model bisnis yang lebih berfokus pada teknologi. CEO Tupperware, Laurie Ann Goldman, menyatakan bahwa langkah ini diambil setelah perusahaan berjuang selama berbulan-bulan untuk mencari pembeli.
Tupperware, yang terkenal dengan Pesta Tupperware pada tahun 1950-an dan 1960-an, telah mengajukan kebangkrutan. Goldman berencana untuk meminta izin pengadilan untuk memulai proses penjualan bisnisnya, yang akan memungkinkan Tupperware keluar dari kebangkrutan dan melanjutkan operasinya.
Dalam sidang pengadilan, Hakim Kepailitan AS menyetujui usulan untuk menjual aset Tupperware kepada kreditur. Nama merek Tupperware dan asetnya di pasar inti, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brasil, Tiongkok, Korea, India, dan Malaysia, akan diakuisisi oleh tiga kreditur utama: Alden Global Capital, Stonehill Institutional Partners, dan Bank of America.
Tupperware didirikan pada tahun 1946 oleh Earl Tupper, yang mematenkan segel kedap udara yang fleksibel. Selama bertahun-tahun, Tupperware mendominasi pasar wadah penyimpanan makanan, dan namanya menjadi identik dengan produk tersebut.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Tupperware menghadapi persaingan ketat dan kerugian yang membengkak. Beberapa anak perusahaannya bahkan telah mengajukan kebangkrutan di pengadilan AS. Goldman percaya bahwa penjualan aset ini adalah pilihan terbaik untuk memastikan kelangsungan operasi Tupperware.
Menurut berkas pengadilan, para kreditur menyediakan dana tunai sebesar Rp 368,9 miliar dan keringanan utang lebih dari Rp 898 miliar. Kreditur awalnya menentang rencana penjualan tersebut, tetapi akhirnya menyetujuinya setelah Goldman meyakinkan mereka bahwa ini adalah solusi terbaik untuk semua pihak yang terlibat.
Dengan penjualan aset ini, Tupperware diharapkan dapat keluar dari kebangkrutan dan melanjutkan operasinya. Goldman berharap perusahaan dapat terus beroperasi selama proses kebangkrutan berlangsung.
